Kisah Kakek Daud Yang Wafat Lindungi Orang Lain Dikala Teror Di Masjid New Zealand

  Ayo  Jalan Terus !  - Wellington - Seorang kakek berusia 71 tahun kehilangan nyawanya dalam serangan teroris mematikan di dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru. Kakek yang berasal dari Afghanistan ini mengorbankan dirinya untuk melindungi jemaah lain ketika penembakan brutal terjadi di Masjid Al Noor.





Seperti dilansir Stuff.co.nz, Sabtu (16/3/2019), Haji-Daoud Nabi (71) terkena tembakan ketika melindungi orang lain dari Brenton Tarrant (28) yang melepas tembakan secara membabi-buta di dalam masjid yang terletak di Deans Ave pada Jumat (15/3) waktu setempat. 

Otoritas Selandia Baru belum merilis secara resmi identitas 49 korban yang tewas dalam penembakan brutal di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood. Namun belum dewasa Haji-Daoud telah mengonfirmasi janjkematian ayah mereka kepada media setempat. 

Baca juga: Viral, Kata-kata Terakhir Korban Teror Masjid New Zealand: 'Hello, Brother'

Haji-Daoud yang pindah dari Afghanistan ke Selandia Baru semenjak tahun 1977 ini diketahui mengelola Afghan Association di Christchurch.

"Saya diberitahu oleh ayah teman baik saya bahwa ia (Haji-Daoud) melompat ke depan orang lain untuk menyelamatkan nyawa mereka," tutur salah satu putra Haji-Daoud, Omar Nabi, ketika berbicara kepada Stuff.co.nz di luar Pengadilan Tinggi di Christchurch, kawasan Tarrant didakwa pembunuhan. 

"Dia melompat ke jalur tembakan untuk menyelamatkan nyawa orang lain dan ia meninggal dunia," ucapnya. Omar (43) mengaku tidak tahu apa yang terjadi pada orang yang berusaha diselamatkan ayahnya. 

Baca juga: Pelaku Teror di Masjid New Zealand Punya Senjata Api Legal

Saat ditanya soal pengorbanan ayahnya, Omar menjawab: "Waktu Anda telah habis tapi Anda membantu orang lain untuk hidup alasannya ialah mereka lebih muda -- hidup mereka harus berlanjut. Saya pikir ia berlari ke tembakan demi menyelamatkan seseorang. Dia biasanya mendorong orang lain menjauh jikalau sesuatu menyerupai ini terjadi -- 'menjauh, pergi' -- alasannya ialah ia terbiasa di Afghanistan."

"Membantu orang ialah hal utama yang dilakukannya. Itu menciptakan saya merasa ia ingin orang lain tetap hidup.," imbuh Omar. "Meninggal di dalam masjid, jikalau sesuatu menyerupai ini terjadi pintu nirwana terbuka untuk Anda," sebutnya. 

Lebih lanjut, Omar mengakui dirinya 'marah' atas apa yang terjadi. Dituturkan Omar bahwa dirinya terakhir kali melihat sang ayah pada Jumat (15/3) pagi. Saat ayahnya pergi ke Masjid Al Noor, Omar menyebut dirinya tidak ikut. Salah satu saudara Omar, Yama Nabi, datang di masjid telat 10 menit untuk Salat Jumat dan ketika ia tiba, penembakan tengah berlangsung.

Baca juga: Tarrant Bertanggung Jawab Atas Teror 36 Menit di 2 Masjid New Zealand

Usai penembakan brutal terjadi, Omar berusaha menghubungi telepon genggam ayahnya beberapa kali namun tidak dijawab. Pada Sabtu (16/3) pagi, sekitar pukul 04.30 dini hari, Omar diberitahu bahwa ayahnya tidak selamat. 

Mengenang sosok ayahnya, Omar menyebut dirinya punya banyak kata-kata untuk menggambarkan sang ayah. "Dia laki-laki dengan banyak bakat ... dan akal yang ia tunjukkan untuk digunakan dalam kehidupan. Dia laki-laki yang sangat rendah hati yang telah membantu banyak orang," sebutnya.

Omar menyatakan ayahnya akan segera dimakamkan, namun ia ingin membawa mayit sang ayah pulang ke Afghanistan.





Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya  @Tahukah.Anda.News

republished by Ayo Jalan Terus! -  Suarakan Fakta dan Kebenaran ! 




Sumber https://ayojalanterus.blogspot.com

0 komentar